LIPUTAN UNIK - Para dokter bedah plastik mengaku kian khawatir terhadap dampak negatif baru dari media sosial, yakni membuat seseorang terobsesi memiliki wajah serupa filter Snapchat, atau dikenal dengan istilah "dysmorphia Snapchat."
Dijelaskan oleh tiga orang pakar dermatologis dari Boston University School of Medicine, bahwa saat ini semakin banyak pasien berburu prosedur bedah plastik berdasarkan apa yang mereka lihat di aplikasi seperti Snapchat dan Facetune.
"Sebuah fenomena baru, yang dijuluki 'dysmorphia Snapchat,' mendoreng pasien melakukan operasi bedah plastik agar terlihat seperti versi wajah mereka di aplikasi media sosial, dengan bibir penuh, mata yang lebih besar, atau hidung yang lebih tipis," tulis laporan ketiganya, sebagaimana dilansir dari Kartun Online pada Minggu (5/8/2018).
"Ini adalah tren yang mengkhawatirkan karena swafoto yang disunting sedemikian rupa, sering menghadirkan tampilan yang tidak mungkin dicapai, sekaligus mengaburkan garis realitas dan fantasi," lanjut tulisan itu menerangkan.
Fenomena tersebut jauh berbeda dengan pasien bedah platik di masa lalu, yang cenderung mencari inspirasi dari selebritas, menurut para penulis.
Artikel itu juga menyinggung fenomena ketika banyak orang lebih tertarik membentuk simetri wajah, dibandingkan perbaikan kecil seperti merapikan benjolan di hidung.
Di lain pihak, menurut Mayo Clinic, istilah "dysmorphia Snapchat" berasal dari gangguan dismorfik tubuh (BDD), yang ditandai dengan obsesi atas kekurangan fisik yang dirasakan, bahkan mereka yang mungkin tidak terlihat oleh orang lain.
Sementara dysmorphia Snapchat bukanlah kondisi klinis yang dapat didiagnosis, para peneliti menyatakan bahwa melakukan operasi bedah plastik untuk perubahan wajah yang tak realistis dapat berkontribusi atau memperburuk BDD.
0 komentar:
Posting Komentar